Pendahuluan
Menurut World Health Organization (WHO), bahwa 5-10 % anak-anak usia prasekolah mengalami disfungsi otak minor, termasuk gangguan perkembangan motorik halus. 1 Di Indonesia sebanyak 23,7 juta yaitu 10,4% dari total penduduk Indonesia. Sekitar 5-10% anak mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum.
Kementerian Kesehatan RI menyatakan di Indonesia sebesar 16% bayi mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat. Bayi dan balita memiliki perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelejensia yang berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Keterlambatan perkembangan pada bayi bisa disebabkan oleh kurangnya rangsangan yang diberikan. Beberapa literatur menunjukan pemberian rangsangan pada bayi sedari dini terhadap bagian tubuh dan alat-alat indera dapat membantu bayi dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan barunya.
Masa golden age, pada usia 0-5 tahun merupakan usia paling berharga bagi bayi untuk perkembangannya. Anak mengalami tahap perkembangan dan pertumbuhan yang paling pesat di usia ini yang diawali dengan perkembangan otak sebagai pusat kecerdasan disusul organ sensoris untuk penglihatan, penciuman, pendengaran perapaan, pengecap dan keseimbangan. Perkembangan pada setiap anak memang tidak akan ada yang sama persis proses pencapaiannya, ada anak yg berkembang agak lama dari pada temannya dan bahkan ada yang lebih cepat. Perkembangan ini dipicu oleh berbagai faktor seperti genetis, kurangnya stimulasi dan faktor lainnya.
Pembinaan tumbuh kembang dapat dilakukan dengan pemberian stimulasi dan deteksi dini tumbuh kembang bayi pada masa “golden age” dengan memberikan stimulasi dini yang memadai untuk merangsang otak dan perkembangan gerak, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian bayi agar optimal sesuai dengan usianya.
Survei Riset Kesehatan menyebutkan bahwa cakupan kunjungan neonatal 6-48 jam (KN2) ke fasilitas kesehatan meningkat sebesar 46,2% menjadi 95,9% dari tahun 2013 sampai dengan 2018. Sementara cakupan KN2 yang datang ke fasilitas kesehatan untuk wilayah DKI Jakarta tahun 2016 sebesar 15,2% meningkat menjadi 37,9%.6 Hal ini menandakan kesadaran orang tua akan kunjungan neonatal setiap tahunnya mengalami perubahan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang perkembangan dan pertumbuhan anak semakin maju. Pijat bayi salah satu tradisi popular untuk membantu perkembangan anak usia dini. Berupa pengasuhan anak secara tradisional dan sudah dimodifikasi dengan pola yang lebih modern sesuai dengan hasil riset yang baru. 3 Baby spa adalah stimulasi yang bermanfaat bagi kesehatan dan perkembangan bayi. Metode untuk menyeimbangkan tubuh, pikiran dan perasaan yang digunakan dalam baby spa merupakan metode kombinasi antara massage (pijat) dan hydrotherapy (terapi air) yang dilakukan secara terpadu.
Hasil studi pendahuluan di Klinik “AR” Jakarta Timur, pelayanan baby spa dalam 1 bulan berkisar 80-90 bayi. Baby spa di Klinik “AR” merupakan bonus dari persalinan yang diberikan oleh klinik. Dilihat dari jumlah persalinan dalam bulan November sebanyak 40 orang namun hanya (50%) yang rutin melakukan baby spa. Tujuan penelitian ini melihat apakah ada pengaruh baby spa terhadap perkembangan motorik pada bayi usia 3-6 bulan.
from: jurnal.um-palembang syifamedika
Komentar
Posting Komentar