PENDAHULUAN
Tekanan darah merupakan salah satu parameter dari fungsi sistem kardiovaskular pada manusia. Tekanan darah ini terbagi atas tiga tingkatan yaitu normal jika tekanan darah berkisar 110-120mmHg, rendah (hipotensi) jika tekanan darah kurang dari 110mmHg, dan tinggi (hipertensi) jika tekanan darah lebih dari 130mmHg. Berdasarkan American Heart Association (2017), terdapat beberapa kategori jika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diantaranya elevated atau pre-hipertensi, hipertensi stase 1 dan hipertensi stase 2. Kategori peningkatan ini dibagi berdasarkan peningkatan tekanan darah yang diukur dengan alat tensi meter.
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika menderita hipertensi paling banyak mencapai 74.5 juta jiwa rata-rata terjadi pada usia diatas 20 tahun serta hampir 90-95% tidak diketahui penyebab terjadinya. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer dimana gejala bervariasi pada tiap individu dan gajala ini mirip dengan gejala penyakit lainnya. Gejala hipertensi ini seperti: rasa berat ditengkuk, sakit kepala, jantung berdebar-debar, penglihatan kabur, telinga berdenging, mudah lelah, vertigo, dan mimisan (Kemkes RI, 2014).
Di Indonesia prevalensi hipertensi tahun 2013 data dari Kementrian Kesehatan RI (2014) berjumlah 65.048.110 jiwa atau 25,8% dari 252.124.458 jiwa. Terdapat 5 provinsi yang memiliki persentase tertinggi diantaranya: Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), Jawa Barat (29,4%), dan Gorontalo (29,4%).
Sedangkan, di Papua data hipertensi pada tahun 2013 berjumlah 585.720 jiwa atau 16,8% dari 3.486.432 jiwa (Kemkes RI, 2014). Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular, penyakit ini akan menyerang berbagai organ dan menyebabkan penyakit lain contohnya adalah stroke, serangan jantung, kebutaan, dan juga gangguan ginjal. Menurut hasil penelitian dari Sari (2015) diketahui bahwa risiko terkena stroke sebanyak tujuh kali lebih besar pada individu yang menderita penyakit hipertensi yang tidak terkontrol, dan tiga kali lebih beresiko terkena serangan jantung.
Trend pengobatan hipertensi saat ini yaitu dengan menggunakan terapi alternatif dan komplementer. Terapi alternatif dan komplementer yang saat ini dipercaya masyarakat untuk mengobati hipertensi diantaranya: yoga, akupunktur, bekam, terapi herbal, akupresur, dan lain sebagainya.
Akupuntur merupakan salah satu cara pengobatan alternatif non-farmakologi yang dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi. Menurut laporan dari The New York State Commission on Acupuncture diketahui bahwa hipertensi merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati dengan akupunktur. Akupunktur merupakan cara pengobatan dengan cara menusukkan jarum pada titik-titik tertentu pada tubuh. Beberapa penelitian menjelaskan peranan akupuntur dalam menurunkan tekanan darah dengan cara melepaskan neurotransmiter yang terlibat pada berbagai proses dalam tubuh, menurut teori neurohumoral efek akupunktur dimediasi melalui sistem saraf (Turnbull & Patel, 2007). Titik akupunktur LV3, HT7, PC6, dan LU9 terletak pada area pergelangan tangan dimana mempengaruhi organ jantung, perikardium, pernapasan dan selaput kaki (sela jari) yang mempengaruhi organ hati. Titik-titik akupuntur ini dipersarafi oleh nervus vagus sehingga apabila dimanipulasi pada titik ini akan terstimulasi. Nervus vagus merupakan serabut aferen kuat yang menimbulkan reaksi parasimpatik yang mampu menurunkan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung (Plachta., et al, 2014).
Dari pengambilan data awal yang dilakukan di Puskesmas Sentani pada bulan Agustus 2018, didapatkan data hipertensi selama enam bulan terakhir dari bulan Januari sampai Juni berjumah 1.062 orang, baik pasien lama maupun pasien baru. Dapat diperkirakan rata-rata jumlah hipertensi dalam satu bulan sebanyak 177 orang. Selain itu, diketahui juga bahwa penyakit hipertensi menempati urutan ke tujuh dari sepuluh besar penyakit di Puskesmas Sentani.
Dari hasil wawancara dengan 10 pasien hipertensi terdapat tiga orang pasien hipertensi yang mengatakan hipertensinya terjadi karena keturunan, empat orang mengatakan mengalami hipertensi yang ditandai dengan mengeluh susah tidur, sakit kepala, sakit pada area tengkuk leher, dan tiga orang mengatakan rajin meminum obat hipertensi yang diberikan oleh dokter jika tekanan darah mulai naik kembali.
Puskesmas Sentani terpilih menjadi tempat penelitian karena merupakan Puskesmas terbesar di Kabupaten Jayapura khususnya area Sentani kota yang menjalin kerjasana denga Stikes Jayapura dalam bidang pendidikan. Hingga tahun 2018 belum terdapat data penelitian tentang terapi komplementer akupuntur. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Dosen Keperawatan Stikes Jayapura belum banyak terutama dalam melakukan terapi komplementer, serta belum adanya peneliti yang meneliti aplikasi akupuntur terhadap pasien hipertensi di Puskesmas Sentani. Dari penjabaran diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai aplikasi akupuntur pada titik: LV3, HT7, PC6, dan LU9 terhadap pasien hipertensi di Puskesmas Sentani – Kabupaten Jayapura.
from: http://journal.um-surabaya.ac.id/
Komentar
Posting Komentar